KEPEMIMPIN DALAM ISLAM
Khutbah Jum’at
KEPEMIMPIN DALAM ISLAM
10 Shafar 1440 H

Oleh: Dr. Apdoludin, S.Pd.I., M.Pd.I
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ؛ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَمَن
يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ
مِنَ الْخَاسِرِينَ. وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا
رَسُوْلَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ
عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
Kaum muslimin rohimani wa rohima
kumullah
Pada kesempatan yang mulia ini tidak lupa saya berpesan
kepada jama’ah shalat jum’at semuanya. Marilah kita senantiasa
berusaha meningkatkan ketaqwaan
kepada Allah SWT, dengan cara melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi
segala larangannya.
Kaum muslimin rohimani wa rohima
kumullah
Kepemimpinan atau jabatan apapun merupakan amanah.
Jabatan bukanlah untuk mencapai kepentingan pribadi, atau memperkaya diri dan
keluarga. Jabatan bukan pula jenis pekerjaan untuk mendatangkan
keuntungan bagi pemegangnya.
Rasulullah saw memberikan nasehat kepada Abu Dzar,
yang juga merupakan nasehat untuk umatnya zaman sekarang sampai hari kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw
يَا أَبَا
ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ
فِيهَا
Artinya: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu
itu lemah. Sesungguhnya jabatan itu merupakan suatu amanah
(titipan). Jabatan itu nanti pada hari kiamat merupakan suatu kehinaan
dan penyesalan kecuali bagi pejabat yang dapat memanfaatkan haknya dan menunaikan
kewajibannya dengan sebaik-baiknya.” (HR. Muslim).
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ
نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Sesungguhnya kamu sekalian akan
ambisi untuk dapat memegang suatu jabatan, tetapi nanti pada hari kiamat
jabatan itu merupakan suatu penyesalan.” (HR. Bukhari).
Kaum muslimin rohimani wa rohima
kumullah
Pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya dengan figur Rasulullah
SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga pemimpin negara. Rasulullah
merupakan suri tauladan bagi setiap orang, termasuk para pemimpin karena dalam
diri beliau hanya ada kebaikan, kebaikan dan kebaikan.
Sebagai muslim, tentu memilih pemimpin yang edial
sangatlah penting. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki sifat jujur, dapat
dipercayai, menyampaikan informasi sesuai kenyataan, dan cerdas. Oleh karena
itu Allah swt memberikan ciri-ciri yang tepat untuk dipilih sebagai perwakilan
dalam menyampaikan inspirasi masyarakat. Sebagaimana firman Allah swt dalam
surat Al-Hajj ayat 41 sebagai berikut:
الَّذِينَ
إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ
وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ
الْأُمُورِ
Artinya: “(Yaitu)
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf
dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan.” (QS. Al-Hajj: 41).
Dari ayat al Quran di atas dapat dipahami bahwa pemimpin
yang baik adalah mereka yang kamu cintai dan mereka mencintaimu, kamu
senantiasa memohonkan rahmat untuk mereka dan mereka senantiasa memohonkan
rahmat untuk kamu. Pemimpin-pemimpinmu yang terjahat adalah mereka yang
kamu benci dan mereka membencimu, kamu mengutuk mereka dan mereka mengutukmu.
Untuk memenuhi harapan tersebut, dibutuhkan pemimpin yang tegas,
terampil, adil dan mau bekerja keras guna meningkatkan kualitas kehidupan
masyarkat secara spritual dan material.
وَاْلإِمَامُ الَّذِيْ
عَلىَ النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Dan
imam yang memimpin manusia adalah laksana seorang penggembala, dia akan
dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya.” (HR.Muslim).
مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنَ
الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ
Artinya: “Tidak
akan seorang pemimpin kaum muslimin mati dalam keadaan menipu rakyatnya,
kecuali diharamkan baginya masuk surga.” (HR Bukhari-Muslim).
Kaum muslimin rohimani wa rohima
kumullah
Memilih Pemimpin Muslim ataukah Non Muslim yang Bersih
dan Adil? Manakah yang
mesti dipilih jika ada dua pilihan. Ada calon pemimpin yang muslim namun suka
bermaksiat, ataukah non muslim yang dikatakan bersih dan adil? Sebagai muslim maka jawabannya adalah pemimpin yang muslim walau suka
bermaksiat.
Kita dapat mengambil pelajaran dari perkataan
‘Abdullah bin Mas’ud berikut ini.
Ibnu Mas’ud
berkata,
لأَنْ أَحْلِفَ بِاللَّهِ كَاذِبًا أَحَبُّ
إِلَيَّ مِنْ أنْ أَحْلِفَ بِغَيْرِهِ وَأنَا صَادِقٌ
Artinya: “Aku
bersumpah dengan nama Allah dalam keadaan berdusta lebih aku sukai daripada aku
jujur lalu bersumpah dengan nama selain Allah.” (HR. Ath Thobroni dalam Al
Kabir. Guru kami, Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata bahwa sanad hadits ini
shahih).
Kata Syaikh Sholeh Al Fauzan, di antara faedah dari
hadits di atas adalah bolehnya mengambil mudarat yang lebih ringan ketika
berhadapan dengan dua kemudaratan. (Al Mulakhos fii Syarh Kitabit Tauhid,
hal. 328).
Kaedah dari pernyataan di atas disebutkan oleh Ibnu
Hajar Al Asqolani rahimahullah,
اِرْتِكَابُ أَخَفِّ المفْسَدَتَيْنِ
بِتَرْكِ أَثْقَلِهِمَا
Artinya: “Mengambil
mafsadat yang lebih ringan dari dua mafsadat yang ada dan meninggalkan yang lebih
berat.” (Fathul Bari, 9: 462).
Dalam kitab
yang sama, Ibnu Hajar juga menyatakan kaedah,
جَوَازُ اِرْتِكَابِ أَخَفِّ
الضَّرَرَيْنِ
Artinya: “Bolehnya
menerjang bahaya yang lebih ringan.” (Fathul Bari, 10: 431).
Kaum muslimin rohimani wa rohima
kumullah
Demikianlah khutbah yang biasa
saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga kita istiqomah dalam mengapai
ridha Allah swt, dapat memilih pemimpin dan menjadi pemimpin yang diridhai oleh
Allah swt, semoga kita semua diberikan
kemampuan untuk meningkatkan mutu ibadah, baik ibadah spiritual maupun ibadah
sosial, semoga kita diberikan petunjuk untuk menjadi manusia terhormat dan
diberikan kemampuan untuk menjauhi hal-hal yang dapat membuat manusia lebih
hina dihadapan Allah swt. Amin.
جَعَلَنَا اللهُ
وَاِيَّـاكُمْ مِنَ الْفَا ئِزِيْنَ الأَمِنِيْنَ. وَاَدْخَلَنَـا
وَاِيَّـاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَـادِهِ الصَّـالِحِـيْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ
وَاَرْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُا الرَّاحِمِيْنَ.
Komentar
Posting Komentar