KHUTBAH JUM'AT: LIMA KARAKTER ORANG BERTAQWA SEBAGAI HASIL DIDIKAN RAMADHAN
KHUTBAH JUM’AT
15 SYAKWAL 1439 H
LIMA KARAKTER ORANG BERTAQWA
SEBAGAI HASIL DIDIKAN RAMADHAN
Dr. Apdoludin,
S.Pd.I., M.Pd.I
Kunjungi tulisan-tulisan
bermanfaat di http://apdoludin.blogspot.co.id/
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى نِعَمِهِ فِى
شَهْرِ شَوَّالِ الْكَرِيْمِ اَلْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَأَتْبَعَ
رِضَاهُ. أَلْمُنْـتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَاَتْبَعَ هَوَاهُ. الَّذِى يَعْلَمُ مَااَظْهَرَهُ الْعَبْدُ
وَمَا اَخْفَاهُ. اَلْمُتَكَفِّلِ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ اَحَدًا
مِنْهُمْ وَلاَ يَنْسَاهُمْ. اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدًا كَثِيْرًا
اِذْلاَ يَسْتَحِقُّ الْحَمْدَ إلاَّ اِيَّاهُ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. اَمَّا بَعْدُ: اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah shalat
jum’at rohimakumullah
Pada
kesempatan yang mulia ini tidak lupa saya berpesan kepada kita sekalian.
Marilah kita tetap dan selalu berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT,
dengan cara melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi larangannya, terlebih
lagi setelah kita melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Dimana inti
tujuannya adalah membentuk manusia yang bertaqwah.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Selama Ramadhan, sebulan penuh umat muslim didik dengan berpuasa. Puasa Ramadhan yang target utamanya adalah membentuk orang yang beriman menjadi bertaqwa. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Selama Ramadhan, sebulan penuh umat muslim didik dengan berpuasa. Puasa Ramadhan yang target utamanya adalah membentuk orang yang beriman menjadi bertaqwa. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang
bertaqwa” (QS. Al Baqarah: 183)
Taqwa
itu seperti apa? Para ulama biasa mendefinisikan singkat. Taqwa adalah
mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam
Al Quran, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan karakter orang bertaqwa dalam
banyak ayat. Di antaranya dalam Surat Ali Imran ayat 133-135 yang insya Allah
kita kaji secara singkat dalam khutbah jumat 15 Syawal ini.
Allah
Azza wa Jalla berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
. الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ . وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 133-135)
1. Gemar berinfaq
Karakter
orang bertaqwa yang pertama adalah gemar berinfaq baik dalam kondisi lapang
maupun sempit.
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit
(QS. Ai Imran: 134)
Bulan
Ramadhan yang disebut juga sebagai syahrul infaq telah melatih kita untuk
banyak berinfaq. Rasulullah juga mencontohkan, beliau yang sangat dermawan
menjadi jauh lebih dermawan pada bulan Ramadhan.
Infaq
dan sedekah yang telah dilatih di bulan Ramadhan itu, hendaknya menjadi
karakter kita sebagai orang yang beriman karena itulah karakter orang bertaqwa;
berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Berinfaq baik dalam keadaan
kaya atau miskin. Berinfaq baik di tanggal muda maupun tanggal tua. Tentu besarannya
disesuaikan dengan kemampuan.
Para
sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum, mereka mencontohkan gemar berinfaq dalam
segala kondisi. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumumkan
Perang Tabuk, dan waktu itu kondisinya paceklik, para sahabat berbondong-bondong
untuk berinfaq.
Umar
radhiyallahu‘anhu datang membawa harta yang banyak. Beliau menginfakkan harta
itu untuk jihad fi sabilillah yakni Perang Tabuk. Ketika ditanya Rasulullah,
“Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?” Umar menjawab, “Aku menginfakkan
separuh hartaku dan untuk keluargaku masih ada separuh hartaku.”
Setelah
itu datang Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Beliau menginfakkan harta yang lebih
banyak daripada infaq Umar. “Ya Rasulullah, aku infakkan seluruh hartaku.”
Ketika ditanya Rasulullah, apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya, Abu Bakar
menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya.”
Umar
yang awalnya ingin mengungguli amal Abu Bakar, saat itu tersadar, “Aku tidak
pernah bisa mengungguli Abu Bakar.”
Selain
Abu Bakar dan Umar, para sahabat lainnya juga berbondong-bondong untuk
berinfaq. Ada pula sahabat yang karena keterbatasan ekonomi, hanya berinfaq
segenggam kurma.
Orang-orang
munafik mengejek, “Allah tidak membutuhkan infaq yang sangat sedikit seperti
itu.” Namun Rasulullah justru memuji sahabat yang infaq meskipun segenggam
kurma karena kemampuannya memang hanya sebesar itu.
Dan
tidak ada ceritanya Umar jatuh miskin setelah menginfakkan separuh hartanya.
Juga tidak ada ceritanya Abu Bakar jatuh bangkrut setelah menginfakkan seluruh
hartanya. Yang ada, justru kekayaan mereka di kemudian hari bertambah dan
semakin berkah. Persis seperti sabda Nabi:
مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Tidaklah
sedekah mengurangi harta” (HR. Muslim)
Maka
mari kita miliki karakter orang bertaqwa ini. Jangan menunggu kaya baru
sedekah, sedekahlah! Insya Allah kita akan dijadikan kaya oleh Allah.
2. Menahan marah
Karakter
orang bertaqwa yang kedua adalah menahan marah, mampu mengelola emosi.
وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ
dan
orang-orang yang menahan amarahnya (QS. Ali Imran: 134)
Puasa
Ramadhan telah mendidik kita untuk mampu mengelola emosi dengan baik. Puasa
Ramadhan telah mendidik kita untuk bersabar, menahan diri dan tidak marah.
Bahkan sekalipun ada orang-orang yang memprovokasi atau mengajak kita menjadi
marah.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الصِّيَامُ
جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ
شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ
“Puasa
adalah perisai, maka siapa saja yang sedang berpuasa maka janganlah berkata
keji dan mengumpat. Jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar
hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa” (Muttafaq ’alaih)
Marah
sering kali membuat orang hilang akal sehat, kata-kata tidak terkontrol,
keputusan tidak bijak dan emosi tak terkendali. Puasa Ramadhan telah melatih
kita untuk bisa menahan marah dan hendaknya itu terus menjadi karakter kita.
Secara
medis, banyak penyakit yang muncul akibat dipicu oleh kemarahan. Mulai dari
darah tinggi, kolestreol, hingga diabet. Sebab marah memicu hormon kortisol.
Rasulullah menyebutkan bahwa orang-orang yang mampu mengelola emosinya, mampu
menahan marah, itulah orang-orang yang sejatinya benar-benar kuat.
لَيْسَ
الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ
الْغَضَبِ
“Orang
yang kuat bukanlah orang (menang dalam) gulat, tetapi orang kuat (yang
sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” (HR. Bukhari
dan Muslim)
3. Memafkan manusia
Karakter
orang bertaqwa yang ketiga adalah adalah suka memaafkan.
وَالْعَافِينَ
عَنِ النَّاسِ
Dan
memaafkan manusia (QS. Ali Imran: 134)
Tak
hanya mampu menahan marah, orang bertaqwa juga pandai memaafkan kesahalah orang
lain. Dan memaafkan tidak akan menurunkan harga diri seseorang, ia justru menambah
kemuliaan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
وَمَا
زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا
“Tidaklah
Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin
memuliakan dirinya” (HR. Muslim)
Memaafkan
juga membuat hati lapang, penuh kedamaian dan mudah bahagia. Sebaliknya, tidak
memaafkan alias mendendam akan memicu hormon kortisol yang mengakibatkan
berbagai penyakit termasuk jantung, kanker dan stroke.
4. Suka berbuat baik
Karakter
keempat dari orang bertaqwa adalah suka berbuat baik; ia menjadi muhsinin.
وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan
Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik (QS. Ali Imran: 134)
Dalam
Tafsir Al Munir bahwa muhsinin adalah orang yang membalas kejelekan dengan
kebaikan.
Orang
mencela kita, kita tidak marah, tidak memabalas dengan celaan justru
memaafkannya dan menyambung silaturahim dengannya, ini adalah contoh muhsinin.
Ada orang menyakiti kita, kita justru memaafkan dan menolongya saat
membutuhkan, juga contoh muhsinin.
Ramadhan
telah mendidik kita untuk berbuat baik kepada siapa pun. Dan sudah seharusnya
karakter itu kita teruskan sepanjang tahun karena itulah karakter orang
bertaqwa.
5. Segera bertaubat
Karakter
kelima dari orang bertaqwa adalah segera ingat Allah dan bertaubat kepada-Nya
ketika melakukan dosa dan kemaksiatan.
وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali
Imran: 135)
Tidak
ada manusia yang bersih dari salah dan dosa kecuali Rasulullah yang ma’shum.
Setiap orang bisa salah, setiap orang bisa terperosok ke dalam dosa, setiap
orang bisa berbuat maksiat. Yang paling penting adalah segera bertaubat; ingat
Allah, memohon ampun kepadaNya dan tidak mengulanginya lagi.
Demikianlah
karakter kelima dari orang bertaqwa, semoga kita istiqomah dan menjadi spirit bagi kita semua untuk lebih
meningkatkan mutu ibadah, baik ibadah spiritual maupun ibadah sosial. Kita
memohon kepada allah, semoga keberkahan ramadhan terus menyertai kita, meskipun
kita telah meninggalkannya. Semoga kita diberikan kekuatan untuk menjadi
manusia terhormat dan diberikan kekuatan untuk menjauhi hal-hal yang dapat
membuat manusia lebih hina dari bitang. Amin.
جَعَلَنَا اللهُ
وَاِيَّـاكُمْ مِنَ الْفَا ئِزِيْنَ الأَمِنِيْنَ. وَاَدْخَلَنَـا
وَاِيَّـاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَـادِهِ الصَّـالِحِـيْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ
وَاَرْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُا الرَّاحِمِيْنَ.
Komentar
Posting Komentar