KUALITAS MU’MIN SETELAH RAMADHAN
22 SYAKWAL 1439 H
KUALITAS MU’MIN SETELAH RAMADHAN
Dr. Apdoludin,
S.Pd.I., MPd.I
KHUTBAH JUM’AT
22 SYAKWAL 1439 H
KUALITAS MU’MIN SETELAH RAMADHAN
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى نِعَمِهِ فِى
شَهْرِ شَوَّالِ الْكَرِيْمِ اَلْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَأَتْبَعَ
رِضَاهُ. أَلْمُنْـتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَاَتْبَعَ هَوَاهُ. الَّذِى يَعْلَمُ مَااَظْهَرَهُ الْعَبْدُ
وَمَا اَخْفَاهُ. اَلْمُتَكَفِّلِ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ اَحَدًا
مِنْهُمْ وَلاَ يَنْسَاهُمْ. اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدًا كَثِيْرًا
اِذْلاَ يَسْتَحِقُّ الْحَمْدَ إلاَّ اِيَّاهُ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. اَمَّا بَعْدُ: اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah shalat
jum’at rohimakumullah
Pada
kesempatan yang mulia ini tidak lupa saya berpesan kepada kita sekalian.
Marilah kita tetap dan selalu berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT,
dengan cara melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi larangannya,
Ramadhan
1439 H. Telah meninggalkan kita. Tidak ada kepastian apakah ditahun mendatang
kita masih bisa berjumpa denganya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi
nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru Allah telah memanggil kita. Kita
juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah
kita selama bulan ramadhan diterimah oleh allah swt atau tidak. Dua hal yang
belum pasti inilah yang membuat sebagian besar ulama terdahulu berdoa selama
enam bulan sejak syawal hingga rabiul awal agar ibadahnya selama bulan ramadhan
diterimah, lalu dari rabiul awal hingga sya’ban berdoa agar dipertemukan dengan
bulan ramadhan berikutnya.
Walaupun
begitu banyak kekurangan dan kesalahan sebagai muslim tentu tidak boleh berputus
asa dari Rahmat Allah. Hal tersebut sesuai dengan Firman Allah swt dalam Quran
surat Yusuf ayat 87 berikut ini:
ولا تيأسوا من روح الله إنه لا ييأس من روح
الله إلا القوم الكافرون
Artinya: dan
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir” (Yusuf : 87)
Ayat di
atas memberikan motivasi kepada kita semuanya agar memperbaiki diri,
memperbaiki hubungan sesama manusia maupun hubungan kita kepada Allah swt,
dengan meningkatkan kepedulian sesama, menjalin silaturahmi yang telah terputus
serta meningkatkan kualitas ibadah kepada sang pencipta yang maha segalanya
(Allah swt). Ayat ini melarang kita berputus asa karena Ramadhan yang telah
berlalu belum mampu kita jalankan dengan baik. Namun penting bagi kita berdo’a
dan menanamkan tekat yang kuat untuk memperbaiki segala kekurangan jika allah
masih mempercayai kita hidup di bulan Ramadhan berikutnya serta menerapkan
didikan Ramadhan pada kehidupan mendatang.
Melalui mimbar
ini khatib mengajak jama’ah untuk saling memaafkan, saling peduli, saling
berbagi, memperbaiki hubungan antara manusia terlebih hubungan kepada Allah swt
dengan harapan semoga Allah menjadikan kita semua sebagai pemenang sejati pada
hari yang fitri ini. Jika kita ingin kembali kepada kesucian secara hakiki,
maka kita harus mampu menjadikan momen-momen Ramadhan yang telah berlalu sebagai
sebuah I’tibar atau pelajaran berharga untuk menjalani kehidupan
kedepan, Jika setelah Ramadhan kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita
lebih baik secara Agama dan Sosial dibandingkan tahun lalu, maka inilah
indikasi ramadhan sukses dan berkah. Namun jika sebaliknya justru menjadi lebih
buruk dibanding sebelum ramadhan, maka keberkahan Ramadhan belum kita peroleh
secara sempurna.
Ada
sebuah perkataan yang disimpulkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali dalam Lathaif
Al-Ma’arif dan Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsir
Al-Qur’an Al-‘Azhim dari tafsir surat Al-Lail, juga kaedah ini
disampaikan oleh ulama lainnya. Mereka berkata,
إِنَّ
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةَ بَعْدَهَا، وَإِنَّ مِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ
السَّيِّئَةَ بَعْدَهَا
Artinya: Sesungguhnya di antara balasan
kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Dan di antara balasan dari amalan
kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.
Berarti tanda suatu amalan itu diterima
adalah kalau dilanjutkan dengan kebaikan selanjutnya dan tanda suatu amalan
tidak diterima adalah jika dilanjutkan dengan kejelekan selanjutnya. Puasa
dibulan Ramadhan hendaknya dapat menyadarkan diri kita untuk apa kita diciptakan
oleh Allah swt sebagaimana firmannya didalam surat at tin ayat 4 berikut ini:
لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
(Q.S. at tin ayat 4)"
Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah swt telah memberikan kemuliaan yang tidak terhingga
kepada manusia, bahkan manusia bisa lebih mulia daripada malikat, hal ini
dibuktikan oleh Rasulullah s.a.w sebagai makhluk yang paling mulia. Kemuliaan
tersebut bisa diperoleh oleh setiap manusia apabila Al Quran dan Al Hadits
dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan. Fenomena yang terjadi saat ini,
tidak sedikit dari manusia yang menghina diri mereka sendiri dengan melakukan
kecurangan, kezholiman, kemaksiatan, penipuan, pembunuhan karakter dan
menanamkan kejahatan sebagai perbuatan yang perlu dibanggakan untuk meraih
tujuan dan kemegahan diri, serta menanamkan anggapan kebaikan adalah hal yang
kuno sehingga tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman dewasa ini. Mengapa
ini bisa terjadi jawabannya adalah karena manusia tiadak menyadari bahwa tujuan
dari kejadian manusia adalah untuk beribadah kepada Allah swt.
Jamaah shalat
jum’at rohimakumullah
Allah
memang memberikan pilihan kepada manusia untuk melakukan kebaikan atau
kejahatan, namun setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan
akan dibalas dengan kejahatan. Artinya silakan lakukan apa yang anda inginkan
namun ingat tempat kembalimu adalah kepada Allah untuk mempertanggung jawabkan
apa yang telah dilakukan. Allah swt memberikan akal dan ilmu kepada manusia
agar manusia itu sendiri dapat memposisikan diri sesuai dengan yang diinginkan
oleh Allah swt. Manusia dijadiakan dalam sebaik-baik kejadian dan semulia-mulia
ciptaan namun disisi lain manusia berpotensi menjadi lebih hina dari binatang apa
bila mereka tidak cerdas dalam menggunakan apa yang Allah berikan kepadanya.
Hal tersebut dijelaskan dalam Q.S Al A'raf 179
ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والإنس لهم
قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا يبصرون بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك
كالأنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون.
Artinya: Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai (Q.S Al A'raf 179)
Ayat di
atas memberikan pelajaran berharga bagi manusia agar tidak melupakan tujuan
dari kejadiannya, sehingga dapat memposisikan diri sebagai makhluk yang lebih
mulia dari malikat atau menjadi makhluk yang lebih hina dari binatang. Selain
hal di atas ayat ini menjelaskan bagaimana ancaman atau tempat bagi manusia
yang tidak menggunakan pemberian berupa hati, mata, dan telinga terhadap
hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah swt.
Amal-amal
yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan
selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Tilawah kita yang setiap hari.
Shalat malam yang sebelumnya kita selalu melaksanakan tarawih, di bulan Syawal
ini hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya. Infaq dan
shadaqah yang telah kita lakukan juga kita pertahankan. Demikian pula
nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadhan. kita tak takut lapar
dan sakit karena kita bergantung pada Allah selama puasa Ramadhan. Kita tidak
memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa
adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah
(ma’iyatullah). Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu
mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan,
maiyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal
dan semakin meningkat. Rasulullah saw bersabda
إِنَّ
أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ
Artinya: Sesungguhnya amal yang
paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikianlah khutbah Jum’at yang dapat saya
sampaikan, mudah-mudahan kita semua senantiasa mendapatkan limpahan taufiq,
hidayah serta inayah Allah Swt sehingga mampu mencapai ridlonya, dan
mendapatkan syafa’atul Udzma dari rasulillah Saw. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ
الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
Komentar
Posting Komentar